Pramuka Bojongmangu

Navigasi Darat

Posted by Unknown Senin, 06 Januari 2014 0 komentar
               


       Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda‑tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah
      Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat‑alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil

PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis‑Garis Kontur.Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta) Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta Adalah penjelasan nomor‑nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
   a. Koordinat GeografisSumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.
   b. Koordinat GridPerpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
   c. Koordinat LokalUntuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis‑garis faring seperti grid pada peta.Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain‑lain.
6. Skala Peta Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskanJARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDANPenulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada padasatu garis. Tiga arah utara tersebut adalah:a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaituutara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajardengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariahseparuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadipenyimpangan‑penyimpangan sudut, antara lain:a. Penyimpangan sudut antara US ‑ UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalahUtara Sebenarnya (US).b. Penyimpangan sudut antara US ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).c. Penyirnpangan sudut antara UP ‑ UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta‑Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71′).Dengan diagram sudut digambarkanUS           UP                UMTRUE NORTH     MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.Sifat‑sifat garis kontur, yaitu’.a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satusama lain dan tidak akan bercabang.b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang samad. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik TriangulasSelain dari garis‑garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan  pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi  adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang  menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam‑macam titik  triangulasia.     Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl.  3120b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl.  2340c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl  975d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl.  875e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter,  No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 199310. Legenda PetaAdalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang pentinguntuk dipahami antara lain:a. Titik ketinggianb. Jalan setapakc. Garis batas wilayahd. Jalan rayae. Pemukimanf. Airg. Kuburanh. Dan Lain‑LainMEMAHAMI PETA TOPOGRAFIA. MEMBACA GARIS KONTUR1. Punggungan GunungPunggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U,  dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih  pendek dari kontur di atasnya.2. Lembah atau SungaiLembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n  (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.3. Daerah landai datar dan terjal curamDaerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTURPada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408‑244/JICA TOKYO‑1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.4. Bagilah selisih ketinggian antara A ‑ B dengan jumlah kontur antara A ‑ B, hasilnya adalah Interval Kontur.C. UTARA PETASetiap kali menghadapi peta topografi, pertama‑tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.D. MENGENAL TANDA MEDANSelain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluanorientasi harus juga digunakan bentuk‑bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:1. Lembah antara dua puncak2. Lembah yang curam3. Persimpangan jalan atau Ujung desa4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain‑lain.Untuk daerah yang datar dapat digunakan‑.1. Persimpangan jalan2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain‑lain.E. MENGGUNAKAN PETAPada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudahtentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:1. Koordinat titik awal (A)2. Koordinat titik tujuan (B)3. Sudut peta antara A ‑ B4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A ‑ B5. Berapa panjang lintasan antara A ‑ B dan berapa kira‑kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A ‑B.Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda  medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain‑lainnya.+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETAPlotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah‑langkah yang harus dilakukan adalah :a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A ‑ T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ ‑360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok‑kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor‑faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).+ Keadaan cuaca rata‑rata.+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.G. MEMBACA KOORDINATCara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:1. Cara Koordinat PetaMenentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakana. Sistem Enam Angka  Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka  Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)2. Cara Koordinat GeografisUntuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.H. SUDUT PETASudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° ‑ 360°). Sistem Azimuthadalah sistem yang menggunakan sudut‑sudut mendatar yang besarnya dihitungatau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah‑arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnyaAZIMUTH : SUDUT KOMPASBACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi  180°.  Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah  180°.I. TEKNIK MEMBACA PETAPrinsipnya .    ” Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca  peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila  keadaan memungkinkan ” Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta  maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat  koordinatnya.Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.Arah Kompas   : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.Taksir Jarak    : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.+10′ X 10′ untuk peta 1 : 50.000+ 20′ X 20′ untuk peta 1 : 100.000Untuk peta ukuran 20′ X 20′ disebut juga LBD, sehingga pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.40.068 km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 kmJadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.Akibatnya I LBD peta 20′ x 20′ skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.3. Lembar PetaDikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing‑masing 10′ X 10′ atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap‑tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).4. Penomoran Lembar Petaa.     Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0b.     Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20′, tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12″ sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48′ 27,79″ BT ‑ (12° + 46° 20′ BT) = 8′ 27,79″, daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuatKeterangan+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I‑A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh.+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,2, 3,  , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,III  LI).+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar’s mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI ‑ B.c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan’ bujur 0° JakartaContoh: Lernbar Peta No. 39/XL ‑ A terletak diantara garis 7″ dan 70 10′ LS serta 0° 40′ dan 0° 50′ Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan’ Jakarta.d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD‑nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD‑nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf je. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.Contoh+ Batas Timur dari bujur 0″ Jakarta adalah 47/3 X I = 15″ 40′ Timur Jakarta atau 15° 40′ ‑ 12° = 3° 40′ BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13″ 40′ atau 13° 40′ 6″ = 7° 40′ LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10′. Sehingga didapat : 7° 40′ ‑ 10′ = 7″ 30′ LSf. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet.  Batas Timur Jakarta = 15″ 40′, sedang batas Selatan adalah 7″ 30′ LS.  + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40′ X 3 X 1 LBD = 47 LBD  + Jumlah LBD ke Selatan 13″ 40′ X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)g. Mencari suatu Posisi/Lokasi  Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.‑ 110° 28′ BT dan  7° 30′ LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah+ 110° 28′ ‑ 94″ 40′ = 15″ 48′15° 48′ X 3 = 47t’ 24′ (batas paling Timur)+ 60 + 7″ 30′ = 13″ 30′130 30′ X 3 = 40° 30′ (batas paling Selatan)h. Perhitungan di Koordinat Geografis+ CARA ILuas dari I Sheet peta adalah 10′ X 10′, seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 ‑ 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 ‑ 18,5 5) ‑ 20 = 1,617,dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI ‑ BTriangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.1915Posisi Sheet 47/XLI ‑ B1060 48` 27,79″ + 30 40′ = 110° 28′ 27,79″Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1′ l4°52″1100 28′ 27,79″ BT ‑ 1′ 14,52″ = 110° 27′ 13,27″ BT(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92″7° 30′ LS ‑ 25,92″ = 7f’ 29′ 34,08″ LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27′  13,27″ BT dan 7° 29′ 34,08″ LS.                         1915Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5′ X 5′+ CARA 11Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ‘ 14,39″110° 28′ 27,79″ BT ‑ 1′ 14,39″ = 11 Of’ 27′ 13,40″ BTDari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87″7° 30′ LS ‑ 25,87″ = 7t’ 29′ 34,13″ LSSehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0” 27′  13,40″ BT dan 7° 29′ 34,13″ LS.                                   1915Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13″ untuk BT dan 0,05″ untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00″.Untuk penggunaan peta 5′ X 5′, 10′ X 10′ dan 20′ X 20′ tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) “Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27′ 13,27″ BT dan 7° 29′ 34,08″ LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI ‑ B” JAWAB : Posisi peta 47/XLI ‑B : 110° 28′ 27,79″ BT sehingga 110° 27, 13,27″ BT 1 10 “27′ 13,27 1′ 14,52″ ‑ 74,52″

74,52″ : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30′ sehingga didapat 7030′ LS ‑7029′ 34.08″ = 25.92″ 25,92″ : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Navigasi Darat
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://pramukabojongmangu.blogspot.com/2014/01/navigasi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

trikmudahseo.blogspot.com support www.evafashionstore.com - Original design by Bamz | Copyright of Pramuka Bojongmangu.